Perencanaan, Persiapan, Perjalanan
Assalamualaikum
Masih dalam suasana liburan nih guys. Seminggu yang lalu, saya baru saja melakukan perjalanan yang cukup melelahkan. Kemana? Ke Surabaya. Naik apa? Naik mobil. Jadi supir? Ngga, jadi penumpang aja. Kok melelahkan? Karena perjalanan ini dilakukan tanpa adanya perencanaan dan persiapan yang matang.
==================
Begini Ceritanya....
Kenapa menjadi sangat melelahkan? karena saya hanya bisa duduk diam di dalam mobil. Sesekali menjadi penunjuk arah dengan google map sebagai patokan. Perjalanan ini di luar rencana saya. Jadi Pada suatu malam, Irul (teman sekamar kost saya) mengajak untuk pergi ke Surabaya. Kewajiban KOAS menuntutnya untuk hijrah sementara ke kota yang terkenal dengan suhu panasnya tersebut. Saya pun mengiyakan ajakannya. Karena perjalanan kali ini ditempuh dengan menggunakan mobil, jadi saya sedikit meremehkan perjanalan ini. Apalagi tujuannya hanya Surabaya, bukan gunung atau pantai.
Perjalanan pun dimulai pada pagi hari sekitar pukul 10.00 WIB. Sebagai penghilang rasa bosan, saya sesekali merekam perjalanan, dan penting juga untuk bahan dokumentasi saya. Setibanya di jalan tol wilayah Mojokerto (kurang lebih 1 jam perjalanan) saya sudah kehilangan antusias untuk melakukan apapun. Saya memang kurang nyaman dengan perjalanan yang mengaharuskan saya untuk duduk diam. Apalagi saat itu menggunakan mobil, sebagai informasi saya adalah tipe orang yang mudah terserang mabuk perjalanan.
Sesampainya di Surabaya, kami berdua langsung menuju tempat yang akan menjadi kost kedua Irul. Kalau tidak salah berada di perumahan Jalan Manyar Tirtoyoso Utara. Panasnya Surabaya bukanlah isapan jempol belaka. Pendingin di dalam mobil seakan tidak ada gunanya. Hal ini karena tubuh saya sudah terbiasa dengan suhu sejuk di Kota Malang. Alhasil kami berdua mandi dengan keringat. Kos yang Irul pilih ini terbilang mahal. Satu juta rupiah per bulan, tetapi melihat fasilitas yang disediakan ini merupakan harga yang wajar. Kamar mandi di dalam, tempat tidur king size, dan ber-AC. Sebagai mahasiswa kedokteran yang super sibuk nantinya saat KOAS, wajar jika Irul mencari kamar yang senyaman mungkin untuknya beristirahat.
Barang yang kami bawa sebelumnya sudah kami pindahkan dari bagasi mobil ke kamar. Secepatnya kami memutuskan untuk pulang, karena sudah menyerah dengan suhu panas di Surabaya. Namun, karena jangka waktu rental mobil masih lama kami mencoba pulang melewati jalur Surabaya - Pare - Malang.
Karena buta akan arah, smartphone saya menjadi satu-satunya patokan untuk kami harus memilih jalan yang mana. Nah, ini mulai dari sini saya merasa sangat bodoh, karena meremehkan perjalanan. Saya tidak membawa charger hp saya, bukan karena lupa tetapi karena saya pikir perjalanan ini sangat mudah. Masuk ke daerah Pare, tepatnya di Desa Tunglur, kami kehilangan arah. Smartphone saya mati total, punya Irul pun hanya tertinggal 10 persen yang sengaja kami simpan untuk hal lain.
Untungnya kami mengikuti nasihat pepatah "Malu bertanya, sesat di jalan". Setiap melewati persimpangan saya bertanya pada warga sekitar. Kekhawatiran kami bukan lagi pada arah jalan pulang, namun kali ini bahan bakar mobil mulai menipis. Kami berdua tidak boleh sedikitpun tersesat lagi, karena bila bahan bakar habis maka mau tidak mau menggunakan rencana B, yaitu turun ke jalan mencari pertolongan. Mudah dilakukan bila di jalan besar yang banyak dilalui kendaraan. Tapi tidak di daerah ini, yang ada hanya hamparan sawah. Rumah-rumah penduduk jaraknya juga berjauhan.
Dari pengalaman ini saya belajar, jangan pernah meremehkan perjalanan. Mau dekat, mau jauh, mau itu ke gunung, pantai, atau ke kota. Sebelum melakukan perjalanan, wajib melakukan perencanaan dan persiapan.
TERIMA KASIH
Komentar