Bukan Sawah Biasa



 
Assalamualaikum.

Selain pinggiran pantai dan puncak gunung, hamparan sawah juga memiliki daya tarik tersendiri sebagai tempat penghilang penat.

Seperti halnya tempat yang pernah saya kunjungi beberapa waktu lalu, Desa Wisata Pujon Kidul.



Tempat tersebut menjadi ramai dikunjungi akhir-kahir ini. Tentu saja sebagian besar pengunjungnya adalah pemuda pemburu like dan followers. Saya? ya bisa dibilang saya juga bagian dari pemuda itu. Terus apa sih yang menjadi daya tarik tempat ini? Oke simak ulasan saya berikut ini. Jangan lupa siapkan camilan dan susu agar membacanya bisa lebih khusyu.


1. Berbahan Dasar Sawah

Para pengunjung yang datang akan dimanjakan matanya dengan hamparan sawah yang sangat luas. Beberapa siluet gunung pun menambah nilai instgramable tempat ini. 

Cafe Sawah, begitu bunyi tulisan yang terpampang di gerbang masuk. Tidak menghianati namanya, tempat ini memang cafe yang berada di tengah sawah.

2. Sesuai Selera Netizen

Untuk berkeliling di kafe sawah ini, kita bisa menebusnya dengan harga murah. Cukup siapkan uang 20 ribu rupiah. Sudah bisa berkeliling, foto sepuasnya, dan bisa membeli es kelapa.

Ada juga wahana yang jika ingin menjajalnya, kita mendapatkan bonus segelas kopi gratis dengan kebebasan memilih rasa kopinya. 


3. Banyak hal gratis yang diberikan

Seperti yang saya katakan sebelumnya, kita akan mendapatkan kopi gratis. Jika kita mencoba sebuah wahana menara yang terbuat dari rangkaian bambu. Tingginya kurang lebih 4 meter di atas permukaan tanah. 

Selain itu, kita juga bisa minta difotokan oleh pengunjung lain yang bersedia dan gratis juga tentunya. Hal gartis lain yang tidak kalah menarik adalah toilet yang bisa kita gunakan sepuasnya. Asal jangan lupa disiram setelah selesai beraktivitas. 


Begitulah keseruan yang bisa didapatkan bila berkunung ke Desa Wisata Pujon Kidul alias Kafe Sawah.

Saya saat itu tidak sendirian melainkan bertiga. Pria bertopi merah adalah pelancong dari Kalimantan Timur. Gadis berjilbab adalah adik sepupu yang baru-baru ini sah menjadi penganut LDR-isme.


TERIM KASIH 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

JUMAWA: Jurnal Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia (Volume 1)

Photoshop: Memanipulasi Tanda Tangan

Taj Mahal versi Kabupaten Malang: Serupa Tapi Tak Sama