Warna-Warni Kampung Warna



Assalamualaikum

Mulai terasa sepi. 
Satu per satu, teman-teman saya kembali ke kampung halaman mereka masing-masing.
Tidak terasa libur panjang telah tiba.


Ya jadi gitu, terhitung mulai dari  bulan Juli ini, hingga September mendatang UMM memberikan waktu untuk mahasiswanya menikmati hari-hari tanpa kuliah. Selain ada yang liburan, ada juga yang sedang menjalani tugas KKN. Termasuk adik kecil yang sekarang sudah beranjak dewasa. Teman-teman kelas saya pun sudah menentukan jadwal keberangkatan mereka untuk pulang kampung. Saya? entah ini keberuntungan atau kemalangan, tetapi saya belum bisa pulang kampung. Kewajiban saya hanya bisa bersyukur terhadap semua keadaan yang saya nikmati sekarang ini.

Nah karena musim liburan, saya akan menceritakan sedikit liburan saya beberapa minggu yang lalu. Sebenarnya, liburan ini selain untuk menyenangkan diri sendiri juga untuk menyenangkan tamu istimewa saya sang kakak legenda. Saya tertarik untuk mengajak dirinya melihat keelokan Kampung Warna-Warni. Tempat ini bisa dibilang menjadi salah satu ikonnya Kota Malang. Jadi apa saja sih keistimewaan kampung tematik yang satu ini?


Tertata rapi dan bersih adalah kesan pertama yang didapatkan pengunjung. Bagaimana tidak, tempat ini telah menjadi ramai dikunjungi setiap harinya. Kesadaran menjaga penampilan rumah menjadi budaya masyarakat di sini.


Walaupun berada di daerah yang termasuk kategori paling macet di Malang, ketika sudah masuk maka kesulitan itu akan terbayar. Warna-warni rumah yang kontras tetapi seimbang membuat siapapun yang melihatnya merasa bahagia. Ya, pola pewarnaan setiap bangunan tidak asal, ada filosofi terselip disetiap goresannya.

Di tengah-tengah kampung ini, terdapat jembatan kecil yang unik. Jembatan ini memiliki pijakan yang transpran, sehingga seolah kita berjalan melayang. Bagi yang takut akan ketinggian, ini akan menjadi wahana yang penuh teror. Tapi tenang, jembatan ini sudah teruji kualitasnya.

Dari atas jembatan tersebut, kita bisa melihat semua rumah-rumah di Kampung Warna. Selain itu, saat sore hari kita juga bisa menikmati matahari terbenam dari jembatan yang mampu menampung hingga 60 orang itu. Deru mesin kereta yang lalu lalang juga menjadi penambah suasana ramai.


Selanjutnya, di bagian bawah jembatan transparan, kita bisa menikmati berbagai jajanan yang di jual oleh warga sekitar. Ditemani kopi hangat dan suara deras aliran sungai Brantas. Muantap poll rek. Oh iya, setelah makan dan minum sampahnya jangan di buang sembarangan. 


Pengunjung dibebaskan berfoto di dinding-dinding rumah warga yang memang memiliki banyak mural menarik. Tapi ingat, tetap berlaku sopan yah. Bagaimanapun juga rumah-rumah di Kampung Warna ini bukanlah bangunan tidak berpenghuni. Kalau bisa ya permisi dulu yah sama yang empunya rumah. 



Terima Kasih....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JUMAWA: Jurnal Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia (Volume 1)

Photoshop: Memanipulasi Tanda Tangan

Taj Mahal versi Kabupaten Malang: Serupa Tapi Tak Sama