Edisi Spesial: Menapak tilas diriku 6 tahun yang lalu
Assalamualaikum
Maaf kalau foto pembuka ini sedikit menakutkan
Dari tulisan yang terbit kali ini, ketahuan bahwa saya adalah pengangguran akut. Buktinya bisa menyempatkan diri untuk mengungkit-ngungkit kenangan enam tahun silam secara lengkap dan akurat. Bisa dibilang begitu, tapi ini adalah bentuk rasa syukur saya karena sudah diberikan banyak waktu bersantai daripada orang lain di dunia ini. Jika ini adalah tulisan terakhir saya, maka kalian sudah sangat beruntung bisa mengetahui sebagian dari perjalanan hidup saya. Wkwkwkwk, jangan sampai dong. Belum juga merasakan indahnya bahtera pelaminan.
====================
Mengenal Dunia Perkuliahan
Saya mulai kuliah pada tahun 2012 bulan September tepatnya. Diterima di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Seperti mahasiswa baru kebanyakan, semester pertama saya lalui dengan begitu rajin. Datang paling awal, pulang juga paling awal. Kalau bahasa kerennya, mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang-kuliah-pulang). Prinsip saya hanya satu, pulang kuliah dan kerjakan tugas lalu bisa tidur dengan tenang. Duduk di kelas juga paling depan dekat pintu, tujuannya kalau ada bendahara minta uang kas saya bisa menghilang dalam sekejap.
Satu kelas jumlah kami ada sekitar 20 orang. Tetapi, bisa akrab hanya dengan beberapa orang saja. Sisanya hanya tau nama, tidak tau makanan kesukaannya. Bisa dibilang saya cukup pendiam. Diam-diam kentut di kelas, terus sibuk menuduh teman yang melakukannya. Pada tahun 2012, saya hanya memiliki media sosial facebook, lalu untuk distribusi informasi masih mengandalkan sms. Ada sih beberapa yang memiliki akun BBM, tapi hanya mereka yang dalam tanda kutip anak orang kaya. Satu lagi, pakaian saya selalu rapi dan wangi sepanjang hari.
Keakraban saya dengan beberapa orang tersebut tidak terjadi begitu saja. Kebetulan kami sudah saling mengenal saat menjalani OSPEK di kampus yang bisa dibilang angker. Dari OSPEK ini saya belajar, hidup itu ribet. Bagaimana tidak, mau kuliah saja harus melewati 3 hari 3 malam penuh teror. Teror dari kakak senior yang mukanya horor. Termasuk ada kakak kandung saya di situ. Rambutnya gondrong, suka ngopi, dan paling parah dirinya menjabat sebagai ketua Mahasiswa Pecinta Alam. Alhasil, saya bukan hanya di OSPEK di kampus, tapi juga di kos. Ya, kami berdua satu kos, untungnya beda kamar.
Semakin lama, terjadilah seleksi alam. Teman akrab saya semakin sedikit. Mungkin bukan teman lagi, tapi sudah jadi sahabat. Kami bertiga, Saya, Ryan, dan Ardi. Bertiga kemana-mana selalu bersama. Duduk juga berdekatan, makan selalu di tempat yang sama. Ardi, anak asli Samarinda dan juga merupakan anggota aktif supporter Persisam pada saat itu. Ryan, anak Tarakan dan yang paling ganteng di antara kami bertiga. Namun kebersamaan mulai kandas ketika semester pertama selesai.
Mengenal Dunia Organisasi Kampus
Nah ini, kurang begitu ingat siapa yang bertanggungjawab atas keikutsertaan saya dalam organisasi kampus, tapi bisa dibilang dia berjasa dalam merubah arah hidup saya. Pada saat kuliah, saya aktif di dua organisasi yang saling berhubungan, Himabastra Indonesia (Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia) dan Teater BASTRA. Awal masuk dulu, saya mendaftarkan diri dalam kepanitiaan suatu acara, Bulan Bahasa namanya. Menjadi anggota keamanan yang dikoordinatori oleh seseorang yang sekarang menjadi Polisi Lapas.
Pertama kali menjadi panitia, walaupun bertugas menjaga parkiran rasanya sudah sangat bangga. Merasa menjadi bagian dari acara besar di kampus sedikit menambah rasa percaya diri ketika masuk kelas. Jalan udah pongah, dada dibusungkan, sudah berani tegur sapa sama senior. Teman juga jadi berubah. Kedekatan berkurang karena setelah kuliah harus bergegas menuju sekretariat untuk melanjutkan beberapa pekerjaan. Sudah mulai melupakan rasa nyaman tidur di kamar kost. Sudah berubah julukan menjadi mahasiswa kumal (kuliah pagi pulang larut malam).
Setelah merasakan nikmatnya kepanitiaan, saya ingin lebih dianggap lagi. Saya memberanikan diri untuk menjadi anggota tetap di Himabastra Indonesia. Saya dan beberapa teman angkatan yang memiliki tujuan sama akhirnya berkumpul. Beberapa ritual penerimaan anggota saya lalui, salah satunya adalah kegiatan Latihan Kepemimpinan yang dilaksanakan di Pusat Latihan Tempur. Pikiran saya, bakal dilatih ala militer ini. Tapi ternyata tidak, kegiatan ini lebih mengutamakan perkenalan organisasi yang ingin saya ikuti. Juga perkenalan dengan siapa saja orang-orang hebat dibelakangnya.
Mengenal Dunia Teater
Memang benar teater yang saya ikuti merupakan organisasi kampus, namun bagi saya Teater BASTRA lebih dari sekadar itu. Keputusan saya untuk mengikuti teater sudah bulat ketika melihat pementasan teater pertama kali dalam hidup saya. Saat itu, pementasan PPMB alias Pentas Penyambutan Mahasiswa Baru. Jujur, aktor yang berlaga di atas panggung sangat keren bagi saya pribadi. Jadilah saya masuk tahun 2013, dalam agenda PLASTER (Pendidikan dan Pelatihan Seni Teater). Saya adalah angkatan PLASTER ke-4, kami keseluruhan berjumlah 14 orang. Berbagai ritual penerimaan anggota saya lalui. Sampai akhirnya bisa menaiki panggung untuk pertama kali.
Saat itu peran perdana saya adalah seorang Office Boy. Berbekal ilmu keaktoran yang saya dapatkan selama setahun, saya sangat bangga dengan hasil kerja keras tim kami. Penonton saat itu hanya anggota Teater BASTRA saja, tapi rasa gugupnya seperti ditonton oleh orang banyak. Dari situ, saya mulai meantapkan diri memilih aktor sebagai bidang keahlian saya di teater. Efeknya, saya sering sekali bertingkah aneh di mana pun saya berada. Hal itu karena mencoba berbagai karakter berbeda sebagai modal agar diterima di pementasan selanjutnya.
Berikut beberapa pentas yang pernah saya lakoni:
Pentas PERMISI 5 sebagai office boy |
Pentas Lanjong Art Festival sebagai orang tua yang munculnya cuma sekali itupun untuk dibunuh |
Pentas PPMB 2013 sebagai "Ryan" pemuda kaya berkebangsaan Belanda |
Pentas Tubuh (gerak oratori) sebagai manusia purba |
Pentas Tahunan 10 sebagai Jin berkostum dayak |
Pentas Tahunan 12 sebagai narapidana |
Bidang lain yang saya geluti:
|
Jimbaman alias tukang gebuk jimbe |
Lighting alias tukang ngatur plot lampu |
Tata panngung alias tukang |
Menemukan Cinta
Nah, kalau ingat-ingat perjalanan cinta saya ini pasti senyum-senyum sendiri. Bagaimana yak, yang ini tidak usah diceritakan panjang lebar. Cukup aku, dia, dan Tuhan yang tau. Pokoknya, sejak 1 September 2013 hingga nanti bumi ini sudah tidak bulat lagi.
Fase KKN, PPL, SKRIPSI
Sebagai syarat kelulusan, ketiga fase tersebut harus saya lalui. KKN saya tempuh dalam waktu kurang lebih dua bulan. Bertempat di Desa Tanah Merah. Sedangkan PPL saya mengajar di SMP Negeri 5 Samarinda. Untuk Skripsi saya selesai dalam waktu tiga bulan.
KKN saya sebagai divisi pembangunan desa. Beberapa prokernya taman jalan, nama jalan, dan pembersihan masjid. Keren banget yah...
Saat PPL, saya menjadi guru idola anak-anak. Bagaimana tidak, hanya saya yang tidak pernah memberi PR. Keren banget sih.....
Tiba-tiba aja udah bergelar Sarjana Pendidikan.
Merasakan Dunia Kerja
Menjadi seorang even organizer, membuat saya tau bahwa biaya menikah itu mahal. Terima kasih DW Project telah menerima saya.
Pernah juga jadi kuli berita. Penyakit jurnalis ini masih ada sampai sekarang. Kadang-kadang suka latah seperti menulis blog ini.
Terima kasih Kaltim Post.
Setelah berhenti menjadi jurnalis, saya bekerja menjadi fotografer dan videografer amatiran.
Saya berhasil memproduksi dua film pendek yang bisa di tonton di channel youtube saya. Dulu saya memberi harga 300 ribu per pembuatan film.
Sungguh mengenaskan.
Kehilangan Sosok Ibu
Saat menjalani tugas KKN, minggu kedua saat itu. Ibu saya tiba-tiba jatuh sakit dan kali pertama harus menjalani perawatan di rumah sakit. Kurang lebih seminggu beliau berusaha melawan kanker yang ia derita pada 15 Agustus beliau pun harus pergi meninggalkan Saya, Kakak saya, dan Ayah saya.
Alhamdulillah, kamunya sempat bertemu dengan beliau. |
Enam tahun berlalu, sekarang saya kembali menorehkan berbagai cerita baru. Entah itu tentang perjalanan, ataupun sekadar cerita lama seperti ini. Karena keegoisan saya ini, saya mewajibkan setiap momen harus diabadikan. Oke sudah kok ceritanya, sekarang pembaca boleh melanjutkan pekerjaan yang lebih penting.
Bonus Video (kesibukan saya sekarang)
Komentar