Masihkah Indonesia Milik Kita?

Assalamualaikum, w. w.
Pada suatu waktu ada acara memperingati sumpah pemuda. Uniknya dalam acara ini yang menjadi panitia adalah mahasiswa asing dari sekitar 13 negara. Dari berbagai mata acara yang yang disuguhkan ada yang menarik yaitu kuis tentang Indonesia. Bila menjawab benar maka akan mendapatkan makanan khas dari berbagai wilayah di Indonesia. Walaupun peserta yang ikut semuanya adalah mahasiswa dan asli dari Indonesia, masih banyak saja yang tidak bisa menjawab. Bahkan ada yang tidak tahu kapan Sumpah Pemuda dibuat. "Tahun 1945" katanya sambil senyum-senyum. Yang belakangan saya tahu ternyata dia mahasiswa magister bahasa indonesia.
Dari secuil kisah di atas, betapa ironisnya pengetahuan kita tentang negara kita sendiri. Kita boleh saja berbangga dengan kemajuan Indonesia saat ini. Boleh bangga karena banyak orang asing yang ingin mempelajari bahasa dan budaya kita. Bangga dengan gelar tinggi di awal nama kita. Tapi tidaklah etis bila kita bahkan tidak tahu menahu tentang identitas negara yang kita tinggali ini. Teman saya yang berkebangsaan Vietnam pernah berkata
"Ikan dari Indonesia banyak dicuri oleh nelayan asal Vietnam. Jangan sampai identitas negara kamu juga kami curi nantinya".
Benar saja itu akan terjadi. Buktinya dia lebih tahu berapa banyak pulau di Indonesia daripada saya. Karena dia mempelajarinya. Sedangkan kita terlalu sibuk mengejar gelar akademik tanpa mau memberikan sedikit lahan di otak kita untuk mempelajari Indonesia. Pepatah kita pernah bersabda tidak kenal maka tak sayang. Mengaku cinta Indonesia, berkoar untuk menggunakan produk Indonesia, menghujat negara tetangga, tapi tidak tahu jumlah bulu di leher burung garuda yang dijadikan lambang negara. Yakin udah cinta Indonesia? Udah sayang sama Indonesia? Jangan-jangan Indonesia cuma jadi selingkuhan yang dicintai sembunyi-sembunyi. Hahaha...
Perihal kurang mengenal ini akhirnya bisa dikatakan menjadi penyebab beberapa kemerosotan karakter masyarakat kita. Ketika orang asing sibuk belajar main angklung, tetangga saya malah sibuk nge-vlog bahas enak mana ayam KFC atau ayam CFC. Ketika orang asing antusias bermain wayang kulit, teman kampus saya sibuk mencari followers di akun medsosnya. Ini menandakan bahwa Indonesia sudah tidak menarik lagi untuk diperbincangkan. Tidak penting lagi untuk dibahas. Untuk apa dibicarakan, paling juga tidak lepas dari berita korupsi, lawakan basi, sinetron kacangan. Wake up bro! Kalau untuk menghujat Indonesia itu sudah dilakukan masyarakat kita sejak zaman mbak Nike Ardilla masih SMA. Maksudnya di sini, Indonesia secara subjek, sebagai tempat tinggal, sebagai induk yang melindungi kita.

Mahasiswa asing bermainalat musik angklung sambil menyanyikan lagu Indonesia
(Sumpah Pemuda, 27 Oktober 2017, Universitas Muhammadiyah Malang)


Sebagai mahasiswa, ini merupakan bentuk aksi nyata. Kampanye saya. Ayo kenali lagi Indonesia. Baca lagi pancasila. Serap semangat UUD 1945. Jangan protes emas dan batu bara dikuasai bangsa Eropa. Karena mereka lebih mengenal negara kita. Jangan sungkan untuk mengaku Indonesia. Merah putih benderanya. Banyak suku dan budaya, Bhineka Tunggal Ika. Walaupun tidak bisa bermain angklung, minimal tahu dari provinsi mana asalnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JUMAWA: Jurnal Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia (Volume 1)

Photoshop: Memanipulasi Tanda Tangan

Taj Mahal versi Kabupaten Malang: Serupa Tapi Tak Sama