Prasasti Persahabatan: Kawan yang Mengagumkan



Assalamualaikum

"Jangan berhenti menulis sebelum umurmu telah habis"

Kalimat tersebut selalu berputar-putar di dalam benak saya semenjak 3 hari yang lalu.

Akhirnya saya kembali, mengisi ruang kosong yang lama tak terisi.

==============================================================

Pertama, saya berterima kasih kepada siapapun yang rela membuang waktunya untuk membaca tulisan ini. Kalian sudah menjadi saksi bahwa saya lahir di dunia bukan untuk menjadi manusia yang tak berguna. Saya berkarya, walaupun tidak sempurna hasilnya namun terdapat proses yang begitu berharga.

Oke, cukup begitu pengantarnya. Tulisan hari ini akan menceritakan tentang segelintir orang yang percaya pada keyakinan. Tulisan ini juga membuktikan bahwa selalu ada hal indah di balik rencana Tuhan. Kok pengantar lagi sih? Sepertinya kemampuan menulis saya sedikit bermasalah. 

Jadi begini, tepat pada 18 Agustus 2018 lalu seorang kawan mengajak saya untuk ikut dalam sebuah proyek. Ikut bergabung menjadi relawan di sebuah lembaga kebudayaan kampus. Seperti menemukan jarum dalam tumpukan jerami, saya tentu tidak menolaknya. Bagi saya, hal tersebut adalah momen istimewa. 

Pada hari yang ditentukan, saya dengan sepenuh hati memenuhi janji. Berpakaian sangat rapi dan menyebarkan aroma sangat wangi. Pukul 08.00 WIB saya dan beberapa orang yang masih belum saling mengenal berkumpul. Lembaga Kebudayaan UMM pagi itu masih sepi. Hanya ada suara hati yang bisa didengar oleh masing-masing penyuaranya. 

Hanya satu orang yang sangat saya kenal. Sebut saja "Nissa" salah seorang kawan yang sudah beberapa kali muncul di banyak tulisan saya sebelumnya. Lainnya ada Mba Sab, Mas Umam, Bu Bel, Mba Linda, dan Mba Nur. Belakangan ada Mas Riyadi yang ikut bergabung. Segelintir orang inilah yang membuat saya harus membuat tulisan sebagai prasasti persahabatan.

Sebagai ketua tim: Bu Belinda (dosen PGSD)

Dengan berbekal pengalaman dalam mengikuti karnaval kostum, Bu Bel ditunjuk menjadi konseptor sekaligus ketua tim dalam proyek bertajuk "LK ikut MFC 2018". Walaupun beliau sedang mengandung anak pertama, namun kami tetap dianggap sebagai anak kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. 

Sebagai Penasehat: Kanjeng Nissa (Abdi Dalem LK UMM)

Kalau sudah sering membaca tulisan saya, maka orang ini pasti tidak asing lagi. Selain menjadi teman kelas, juga sebagai orang yang percaya kepada saya dan mengajak untuk bergabung dalam proyek ini. 


Sebagai Eksekutor 1: Mba Sab (Abdi Dalem LK UMM juga)

Bertemu dengan mba ini sebenarnya sudah cukup sering. Terlebih bila saat saya mengikuti berbagai kegiatan dari LK. Namun, baru di proyek ini bisa saling mengenal. Sama halnya dengan Nissa, sama baiknya, sama juga cerewetnya kalau kami dipanggil makan tapi tidak memperdulikannya.


Sebagai partner ngelem: Mas Umam (Partimer LK UMM)

Bertemu pria ini juga sudah sering, namun baru bisa saling bercengkerama saat dalam proyek ini. Saat ini menjabat sebagai mahasiswa akhir dari jurusan teknik industri. Berdua, kami adalah satu-satunya pria ganteng dalam proyek tersebut.


Sebagai ahli penata rias: Mba Linda (Mahasiswa PGSD)

Menjadi calon pendidik di sekolah dasar, tidak membuat mba Linda jauh dari nasib putus cinta. Sempat sakit karena tidak makan, tetapi hasil goresan tangannya menjadikan model LK terlihat berkilau.

Sebagai partner ngecat: Mba Nur (Mahasiswa PGSD)


Diam-diam menghanyutkan adalah istilah yang tepat untuk menggambarkan sosok Mba Nur. Berbicara hanya seperlunya, namun hasil kerjanya sangat memuaskan. Ditambah sangat sabar menghadapi kami-kami yang berlaku konyol setiap hari. Sabar ya mba.... 

================================================

Tidak Ingin Berpisah Begitu Saja

Setelah sebulan lamanya kami bersama, akhirnya hari itu tiba juga. Hari di mana kami harus berpisah. Hari di mana kami tak lagi bertemu secara intens. Hari di mana yang kami tidak ingin melaluinya. Namun, kami memilih menjadi pemberontak. Pekerjaan kami boleh selesai, tetapi persahabatan kami baru saja dimulai. 

Sekali lagi kami bertemu

Tidak menunggu kesempatan, tetapi kami menciptakan kesempatan. Tidak ada persahabatan yang sempurna tanpa adanya pertemuan. Makan bersama, saling mengutarakan canda, tenggelam dalam nada tawa. Agar tidak sibuk dengan gawai masing-masing kami memutuskan untuk bermain uno. Dari sini kami bisa mengetahui sedikit karakter asli masing-masing. 

Mba Nissa, tidak suka kalau saya membahas tentang mantan. Mas Riyadi ternyata orangnya iseng juga. Mas Umam tipe orang yang perlahan tapi pasti. Mba SAB suka teriak kalau saya berbuat hal aneh. Mba Linda baru saja putusan. Mba Nur tipe pendiam tetapi aslinya ratu uno karena selalu menang rek.

Saling mendukung

Adalah Rania (berjilbab merah), yang menjadi salah satu artis kami saat mengikuti ajang kostum MFC 2018. Dia merupakan gadis muda asal Mesir yang sedang bersekolah di UMM. Tiba-tiba saja dia menngundang kami untuk menjadi saksi dirinya bermain alat musik angklung. Bagaimana penampilannya? Lihat saja video berikut ini. 



Saling mengunjungi


Entah ada angin apa, sejak proses MFC saya sangat rutin berkunjung ke LK. Semakin sering membully kejombloan Mba Nissa, semakin akrab dengan Mas Riyadi, dan semakin sering berdebat dengan Mba SAB tentang aliran LDR-Isme. Tidak bisa dipungkiri juga saya semakin sering bertatap muka dengan Bu Daroe. 

Berpetualang bersama


Terkahir, walaupun tidak semua bisa ikut kami memutuskan untuk berpetualang. Menaklukkan Budug Asu (lereng gunung Arjuno pada ketinggian 2000 mdpl). Untuk bagian ini akan saya ceritakan di lain hari. 

TERIMA KASIH

Komentar

Postingan populer dari blog ini

JUMAWA: Jurnal Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia (Volume 1)

Photoshop: Memanipulasi Tanda Tangan

Taj Mahal versi Kabupaten Malang: Serupa Tapi Tak Sama