Lebaran Tidak Liburan
Assalamulaiakum,
Di jawab yah salamnya, walaupun udah gak bulan Ramadhan.
Wih ngomongin masalah Ramadhan pasti ngga sabar menanti hari lebaran. Harinya kumpul bareng keluarga sambil maaf-maafan. Tapi itu tidak bisa kami lakukan. Bukan karena lebih betah di negeri orang, melainkan tidak adanya liburan.
Tidak ada liburan? kok bisa? ngga demo aja. Sebenarnya ada liburan hanya saja waktunya kurang sempurna dan kurang lama. Hanya diberikan waktu dua minggu dan harus kembali menjalani rutinitas kampus. Untuk kami yang berasal dari provinsi yang jauh, waktu dua minggu tidak akan cukup. Selain biaya yang melonjak naik karena musim liburan, juga perjalanan yang begitu melelahkan.
Sedih ngga sih? Ya tentu. Saat lebaran seminggu yang lalu, rasanya berat banget untuk buka media sosial. Statusnya semua kalau ngga bareng keluarga, ya liburan, jalan-jalan, sebagai bentuk perayaan di hari kemenangan. Ibu saya pernah bilang "keluarga bukan bicara soal hubungan darah, melainkan kebersamaan". Perkataan tersebut akhirnya benar-benar saya rasakan. Saya punya keluarga di Malang, mereka adalah teman-teman seperjuangan saya di kampus UMM. Ada enam orang (Riski, Richard, Nissa, Hany, Mei, dan Agus). Kami semua berasal dari negeri yang jauh dari sini, kecuali Nissa dan Mei yang memang mahligai rumah tangganya ada di Kabupaten Malang.
Dengan kondisi yang seperti itu, saya memberi wacana kalau lebaran kita rayakan di rumah Nissa yang hanya satu jam dari kota Malang. Tidak ada yang menolak ide tersebut. Memang kebetulan hari lebaran, semua warung makan tutup. Jadi Rumah Nissa lah satu-satunya harapan untuk bisa mendapatkan asupan empat sehat lima sempurna.
Hari yang mulia itu pun tiba. Saya awali dengan sholat Ied di salah satu masjid perumahan Puncak Dieng. Malam takbir saya lewati dengan menginap di rumah Richard. Sesuai janji, kami berangkat pukul 10.00 WIB. Jalan yang awalnya sangat lengang di kota, namun tidak demikian di jalan menuju Desa Tajinan, rumah Nissa. Hiruk-pikuk masing-masing keluarga sangat terasa, terasa hangat. Sekitar satu jam kemudian, tibalah di rumah Nissa. Sebelum itu saya dan Riski langsung ke masjid yang jaraknya 20 langkah dari rumah Nissa untuk menunaikan sholat Jumat.
Cuaca yang panas mempengaruhi kondisi tubuh yang memang belum terisi nasi sejak pagi. Tidak langsung makan besar, kami memulai agenda silaturahmi itu dengan mencicipi beragam jajanan khas yang telah tersusun rapi sejak kami datang. Dodol, kunyir asem, kurma, dan makanan kering saling berebut tempat di perut kami yang kosong. Diselingi dengan obrolan khas om-om dan tante-tante jomblo, hari itu berlalu begitu cepat.
sajen buat kami nih |
Karena mengantuk, Hany sempat numpang tidur. Kemudian kami memutuskan pindah ke halaman rumah Nissa untuk menikmati aroma matahari senja. Lanjut lagi nih gosipnya, dan tidak lupa manfaatkan momen untuk berswafoto.
biasanya yang suka jalan-jalan berenam, tapi pacarnya Rizki mudik. |
Tidak cukup sampai disitu saja, kami bertiga (saya, Rizki, dan Richard) sempat membuat video tik-tok.
Untungnya kondisi rumah Nissa saat itu sepi, kalau ada tamu mungkin kurang betah jadinya liat tingkah kami yang unyu-unyu.
Sempat juga befoto ala-ala tahuan 90'an |
Silaturahmi dengan Dosen
Tidak sampai keseruan kami berlebaran di kota rantau. Beberapa hari berikutnya, kami memutuskan untuk bersilaturahmi ke rumah dosen. Walaupun saat itu ternyata hanya Ibu Sugiarti yang ada di rumah. Tidak apa-apa paling tidak niat baik kami dapat tersalurkan.
Yeay, jarang-jarang loh bisa lihat ibu ini senyum lepas |
Semoga kedatangan kami bisa menepis sepi Ibu Sugiarti |
Yah, begitulah beberapa cerita kami merayakan Idul Fitri
Walaupun bukan di kampung sendiri
Komentar